PENGARUH SEORANG GURU TERHADAP EMOSI DAN MEMORI SISWA


Banyak kisah seorang guru yang mengubah kehidupan siswanya, misalnya Ibu Muslimah dalam film laskar pelangi, Ron Clark, Ki Hajar Dewantara, Oemar Bakrie, dan masih banyak lagi guru-guru di desa terpencil yang sukses mengubah kehidupan siswanya. Mereka tak dikenal karena mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Sebutan itu memang dirasa availapak guru di depan kelasble dengan profesi yang mulia itu. Hal tersebut tidak terlepas dari pembelajaran yang sukses. Di Pascasarjana Unesa, saya mengenal Prof. Dr. H. Mohamad Nur yang  merupakan dosen mata kuliah teori belajar, pengembangan perangkat pembelajaran, dan juga pembimbing tesis saya. Beliau memberikan catatan konstruktif yang ramah dan kadang berbagi cerita pribadi di kelas. Selain gaya belajar beliau hebat, beliau mampu memodelkan peran orang tua yang peduli terhadap saya, ketika benar-benar membutuhkannya. Model peran adalah kekuatan yang sangat besar pengaruhnya.

Berdasarkan penelitian ahli bahwa siswa jarang mengatakan bahwa apa yang mencipatkan perbedaan besar dalam hidup mereka adalah isi dari materi yang dipelajari. Bagi mereka, isi materi bisa membantu mereka lebih siap untuk tingkat kelas selanjutnya. Benar bahwa kedalaman pengetahuan latar belakang, keterampilan, atau skema yang dipelajari bisa mendorong mereka secara akademis ke kelas berikutnya. Dan juga benar bahwa semakin baik seorang guru mengajar mereka, semakin kecil kemungkinan mereka putus sekolah, tetapi ada jauh lebih banyak lagi menyangkut proses pengubahan hidup (Jansen, E. 2010: 4). Lalu, apa yang menyebabkan siswa mampu sukses dalam kehidupannya? Menurut saya, relasi dan kepedulian seorang guru kepada siswa sangat berpengaruh pada emosi dan memori siswa.

Perhatikan saja, jika Anda ditolong seseorang, maka Anda akan selalu mengingtnya. Memori yang emosional tetap bertahan. Ketika saya pulang kampung di desa wadak kidul kecamatan Duduksampeyan Gresik dan bertemu dengan guru sekolah dasar saya (MI Infarul Ghoyyi), saya sangat mengingat sekali keramahan dan sikap yang bijaksana dalam diri alm. Bapak H. Fatichin, Bapak Su’adi, dan alm. Bapak Ismail.Jujur saya tidak mampu mengingat isi materi pelajaran yang beliau ajarkan pada saya (hehehe…^_^). Sebaliknya, ketika seorang siswa pernah dipermalukan atau direndahkan oleh gurunya di depan kelas, insiden itu akan terkenang dalam memorinya. Hal itu sangat mungkin terjadi karena siswa kita bukan hewan yang tidak memiliki akal, mereka adalah manusia yang berakal dan mempunyai hati. Dalam pembelajaran guru, yang paling diingat siswa adalah emosi. Emosi mempengaruhi keyakinan, keputusan, dan aksi siswa. Mereka yang pernah dipermalukan di depan kelas terkadang memutuskan: “Saya tidak akan pernah menjadi guru” atau “Ketika saya menjadi guru, saya akan memastikan ini tidak akan terjadi dalam kelas yang saya ajar”.

Singkatnya, perubahan otak dapat menyebabkan perubahan dalam perilaku.

Siswa bisa berubah ketika otak dirangsang untuk mempelajari hal-hal baru dan kompleks. Otak akan berubah ketika mempelajari hal-hal yang baru. Perubahan juga terjadi ketika berubah dari orang baru menjadi orang ahli dalam bidang apapun. Perubahan itu terjadi ketika mengembangkan memori baru dan memori itu mendorong perilaku baru.

Tinggalkan komentar