Tawa Mereka adalah Bahagiaku


Ke kampus di hari sabtu di mana banyak orang yang menikmati liburan dengan keluarga di rumah, atau bahkan bertamasya ke luar kota. Hal itu belum ada dalam kamus kehidupanku. Al hasil, hiburanku di hari sabtu dan ahad adalah ke kampus untuk mengerjakan sesuatu yang bermanfaat, bisa membuat paper penelitian atau mengikuti rapat anak HIMAFI (Himpunan mahasiswa fisika) karena amanah jadi pembina.

Dari sejak jadi mahasiswa di tahun 2005, saaya mulai suka berorganisasi. karena dengan ikut organisasi, ada nilai soft skill yang bisa didapat. Kini, saatnya membimbing mereka untuk menemukan indahnya berorganisasi. Indahnya menjadi mahasiswa luar biasa yang gak sekedar ngampus, tetapi aktif di berbagai kegiatan organisasi.

Rapat evaluasi di buka dan dipimpin oleh ketua HIMAFI, kemudian dilanjutkan materi yang saya sampaikan dengan judul “gak sekedar ngampus”. Pengurus himafi yang rata-rata adalah mahasiswa baru memang memerlukan banyak motivasi tentang semangat untuk belajar dan berorganisasi. bagaimana menjadi mahasiswa yang sukses kuliah dan organisasi. dan itu semua butuh proses dan waktu. jadi harus sabar. . . . .

Sebelum memulai materi, ada game yang dikerjakan secara kelompok. Mereka berkumpul pada tiap departemen. Tiap departemen berjumlahkan anggota 5-6 orang. Game tersebut mengharuskan mereka menginjakkan kaki di atas koran. dan dengan kerjasama, mereka diminta membalik posisi kertas yang mereka injak, tapi kaki tetap menyentuh koran. Semua merasa antusias. Senyum dan tawa mereka meluber terpancar di wajah mereka.

1004030_469535103131150_1197005833_n

Beberapa departemen bisa melakukannya. Departemen penalaran merupakan departemen yang paling bagus strategi dan kekompakan anggotanya. Mereka menjadi yang tercepat menyelesaikannya. Bahagia itu sederhana bukan??

Rapat  himafi ini bertujuan untuk memperkuat dan memperbaiki kinerja pengurus yang akhir-akhir ini disibukkan tugas kuliah. Memang untuk menjadi mahasiswa yang luar biasa itu sulit, tapi bukan mustahil untuk dilakukan. Yang penting ada niat dan keinginan untuk bergerak dan menjadi manfaat bagi sesama.

600776_469534609797866_1855573630_n

Lihatlah bagaimana senyum itu tersungging di wajah para calon guru itu. Saya berharap, mereka adalah guru-guru masa depan yang mengedepankan pembelajaran yang asyik, gampang, dan menyenangkan (gasing). Mereka kini menjadi bagian dari hidupku. tawa mereka adalah bahagiaku. we are family. …….

Jayalah Himafi STKIP Surya…Bahagia itu sederhana….Bersama kita bisa!

Group Design in Experimental Research


Hari ini terasa semangat sekali. Semangat itu dibuktikan dengan berangkat ke kampus jam 06.30 dan sampai 07.00 WIB. Selalu menjadi yang paling awal datang di ruang kerja adalah sebuah motivasi tersendiri. Beberapa hari kemarin sempat kacau dan bingung. Setiap selesai diskusi dengan doktor pendidikan, saya selalu bingung. Konon bingung itu tanda proses belajar ya. Saya rasa juga begitu. Sampai saya diberi nasehat dan tips yang beliau gunakan. Tipsnya adalah ketika membaca, usahakan ada “jejak” yang ditinggalkan, dengan membuat mind map. dengan datang lebih awal, saya berharap bisa belajar dulu dan membuat mindmap terhadap apa yang saya baca, sebelum memulai bekerja pukul 08.00 WIB.

Saya akan share hasil bacaan buku tentang penelitian eksperimental yang saya baca dari buku How to design and evaluate research in education by Franekel and Wallen (2007).

Group Design in Experimental Research

Membaca dengan membuat mindmap terasa lebih ringan. Tidak perlu dibaca semua, hanya dicari ide pokok setiap paragrag lalu dikaitkan dengan konsep utuh dalam 1 bahasan. Mungkin ini pertama kali dan terkesan agak kacau hasil mindmap saya, tetapi “always learning” karena masih banyak ilmu yang belum dikuasai. Ilmu akan semakin bertambah apabila diajarkan dan di share pada sesama. Semoga bermanfaat.

 

Tangerang, 20 Juni 2013

Agus Rohman – STKIP Surya

Keterampilan Metakognitif Membantu Siswa Belajar


Metakognitif (metakognisi) adalah pengetahuan tentang belajarnya diri sendiri (Flavell, 1985; Graner dan Alexander, 1989 dalam Nur, 2008). Dapat dikatakan bahwa keterampilan metakognitif adalah keterampilan dimana seseorang tahu cara belajar yang sesuai dengan dirinya. Contoh dari keterampilan metakognitif sendiri adalah keterampilan berpikir dan keterampilan belajar.

berpikir-4

Sebelum siswa mampu menerapkan metakognisi untuk membantu belajarnya, terlebih dahulu mereka diajarkan strategi-strategi untuk menilai pemahaman mereka sendiri, menghitung berapa waktu yang mereka perlukan untuk mempelajari sesuatu, dan memilih rencana yang efektif untuk belajar atau memecahkan masalah.

Misalnya, seorang siswa sedang membaca buku. Untuk memahami ide pokok dalam 1 paragraf, siswa tersebut merasa kesulitan. Akhirnya dia memutuskan untuk mengulangi membacanya lagi dengan tempo yang lebih lambat. Atau beberapa siswa yang lain memilih menggunakan strategi menggaris bawahi kata-kata yang penting dalam 1 paragraf tersebut. Keterampilan mengatur diri sendiri dalam gaya belajar yang sesuai dengan dirinya adalah keterampilan metakognitif.

Menurut Zimmerman dan Schunk (1989, dalam Nur, 2008) menyatakan bahwa metakognitif adalah belajar bagaimana cara mengetahui ketika Anda tidak memahami sesuatu dan bagaimana cara memperbaiki diri sendiri. Startegi metakognitif yang lain adalah kemampuan untuk memprediksi apa yang cenderung akan terjadi atau mengatakan mana yang dapat diterima oleh akal dan mana yang tidak.

Gaya dan kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran berbeda-beda. Hal ini dibutuhkan strategi efektif agar siswa dapat memahami isi materi tersebut. Sebagian siswa berkembang cukup memadai keterampilan-keterampilan metakognitifnya dan sebagian siswa lain tidak berkembang. Mengajarkan strategi metakognitif kepada siswa dapat membawa ke arah peningkatakan hasil belajar mereka secara nyata.

Perlu diperhatikan, sering kali seorang guru menyuruh siswa untuk selalu giat belajar apalagi kalau mendekati UAS, tetapi banyak guru yang lupa untuk mengajarkan bagaimana cara-cara belajar yang efektif. Begitupun juga orang tua di rumah. Hal ini dirasa akan menambah tekanan dan psikologis siswa terganggu. Bagi anak yang sudah berkembang keterampilan metakognitifnya memang itu bukan sebuah kendala, tetapi bagaimana dengan siswa yang belum berkembang keterampilan metakognitifnya? Banyak siswa yang mendapat predikat “nakal/bodoh/pemalas” dari guru nya gara-gara nilainya jelek. Lebih jauh dari itu, guru tidak mengetahui betapa sulitnya siswa tersebut memahami isi materi dan belum mengatahui cara-cara belajar yang efektif. Dengan guru memberikan cara-cara belajar yang efektif, siswa akan menerapkan cara efektif yang mana yang sesuai dengan kemampuan dirinya dalam memahami isi materi.

 

Sumber:

Slavin, Robert E. 1997. Educational Psychology Theory and Practice: Cognitive Theories of Learning Basic Conceps. Allyn and Bacon.

Nur, M. 2008. Teori-Teori Pembelajaran Kognitif Cetakan 3. Surabaya: PSMS Unesa.