Mestakung = Semesta Mendukung mempunyai 3 hukum yaitu Hukum Kritis, Hukum Langkah, dan Hukum Tekun atau lebih dikenal dengan KriLangKun. Pasti pada tahu siapa pencutus hukum tersebut? Yup, beliau dalah Prof. Yohanes Surya, Ph.D. Setelah membaca buku karya beliau yang sudah difilmkan tersebut dengan judul Mestakung, saya teringat perjuangan menyelesaikan tesis dulu. Tetapi sebelum itu, saya ingin mengupas sedikit konsep mestakung dan prof. yohanes Surya, Ph.D.
Beliau adalah seorang tokoh fisikawan yang mempunyai semangat luar biasa dan mimpi-mimpi yang besar. Beliau juga merupakan seorang yang visioner. Saya mengamati nomor plat mobil beliau pun bertuliskan B 15 URE (dibaca: be Sure). Begitu juga dengan pusat penelitian yang beliau dirikan bernama SuRe (Surya Research). Beliau memang orang yang memiliki keyakinan tinggi dalam mencapai suatu hal. Bahkan di tahun 2020, beliau bermimpi akan ada peraih Nobel fisika dari Indonesia. Amazing!! Ada lagi mimpi beliau, misalnya: konsep fisika gasing (gampang, asyik, menyenangkan) adalah salah satu mimpi besar beliau dalam mengenalkan fisika ke masyarakat indonesia. Mimpi itu dimulai saat beliau masih menjadi mahasiswa Universitas Indonesia. Kemudian, beliau juga bermimpi membangun Surya University dan sekarang terwujud. Banyak sekali mimpi-mimpi besar beliau yang dinilai oleh orang-orang tidak mungkin terwujud, tetapi pada kenyataannya terwujud, seperti menjadikan anak-anak Indonesia peraih medali emas di olimpiade fisika. Memang kalau kita berada pada kondisi kritis, maka melangkahlah dan perjuangkanlah, karena ada jalan keluar. Kemudian tekunlah dan bersabarlah dalam menghadapinya. Karena semua butuh waktu. Yah, mestakung butuh waktu. Sedangkan kekuatan mestakung adalah DOA.
Mestakung pada dasarnya adalah sebuah keyakinan dan kesungguhan dalam mewujudkan mimpi. Mimpi tersebut adalah harapan atau keinginan. Boleh sekali bermimpi besar, tetapi yang perlu dipersiapkan adalah harga untuk mewujudkan mimpi itu. Kalau kita ingin menjadi presiden, kita juga harus punya harga yang harus dibayarkan berupa pengorbanan dengan belajar dan bekerja keras. Seyogyanya, mimpi-mimpi tersebut dituliskan dan diberitahukan pada orang lain. Di sinilah kita mulai mengkondisikan diri dalam kondisi kritis. Bisa jadi ketika menyampaikan mimpi-mimpi ke orang lain, kita akan ditertawakan dan dianggap gila, tetapi sebenarnya di sini kita harus melangkah untuk membuktikan omongan kita.Berusaha dan bekerja keras untuk mewujudkannya. Butuh waktu dan banyak sekali hambatan, di sini dibutuhkan ketekunan dan fokus pada tujuan (mimpi). Dengan sering menyebutkan mimpi kita melalui doa, maka atas kuasa Tuhan, semeseta akan mendukung. Semesta tanpa kita paksa akan mengikuti pengaturan dalam diri kita yang ngotot dalam mewujudkan mimpi.
Seperti kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari, kita tak sadar telah mengalami mestakung. Seorang pencuri mangga yang ketahuan bisa melompati pagar setinggi 1,5 m ketika ada anjing yang mengejarnya. Dalam kondisi normal, mustahil ini bisa terjadi tanpa latihan khusus.
Diyakini bahwa apabila kita bersungguh-sungguh mendapatkan sesuatu, maka kita akan mendapatkannya. Man Jadda wa Jada. Hanya saja tergantung seberapa besar keinginan kita. Apabila sangat besar, maka siapkan harga yang harus dibayarkan. Bermimpilah,…..karena mimpi adalah kunci menaklukkan dunia.
Nah, sekarang setelah saya membaca buku beliau, saya akan menceritakan saat mengerjakan tesis dulu. Tanpa di sadari (baru sadar sekarang, hehehe) bahwa terjadi mestakung dalam diri saya.
Saat masih menjadi mahasiswa pascasarjana, ketika itu masih semester 3. Saya memberanikan diri melamar dan mengisi lowongan kerja di kampus swasta di mana pendirinya adalah pencetus mestakung. Setelah menjadi ketua seminar nasional sains bulan Januari 2012, seminggu setelah itu saya berangkat ke tangerang tanpa pengalaman sama sekali (gak pernah ke jawa barat dan banten, hihi). Tetapi tujuan saya jelas yaitu memenuhi tes tulis dan wawancara di kampus tersebut. Hasil dari tes tersebut diberitahukan selang satu bulan. Dan saya dinyatakan diterima dan lulus tes. Dalam tanda tangan kontrak tersebut diminta dan diharuskan lulus dengan gelar M.Pd di tahun 2012 (artinya tidak boleh molor, harus tepat waktu lulusnya, 2 tahun). Ah…di sini saya baru sadar, bahwa saya masuk dalam kondisi kritis. Benar-benar dibuat stress. Saya sangat mengidolakan beliau sebagai pendiri kampus tersebut, tetapi saya belum menyelesaikan tesis saya. Padahal waktu itu saya masih mengajukan judul pada dosen pembimbing. Keinginan untuk bergabung di kampus tersebut membuat saya berani melangkah dan bekerja keras.
Saya memberanikan diri untuk memberitahukan keadaan saya pada dosen pembimbing dan beliau sangat mendukung sekali. Teman-teman di kampus pun sudah tahu. Beberapa dari mereka pesimis saya mampu menyelesaikan tesis dan lulus tepat waktu karena dosen pembimbing saya yang terkenal sangat teliti dan perfectionist. Saya jadikan saja sebagai motivasi untuk terus melangkah dan membuktikan ucapan saya bahwa saya akan mampu lulus tepat waktu. Tetapi, banyak juga teman-teman saya mendukung dan memotivasi serta memberikan semangat agar segera menyelesaikan tesis, termasuk di sini adalah ketua jurusan dan sekretaris jurusan sains pascasarjana, dosen-dosen sains, dosen-dosen fisika, dan adik-adik di UKKI. Hukum kedua mestakung tanpa sadar sudah dilakukan, yaitu dengan melangkah (berusaha dan bekerja keras).
Melaksanakan hukum ketiga adalah kunci mestakung yaitu tekun dan harus fokus. Tidak lupa juga selalu berdoa karena doa adalah kekutan mestakung. Banyak sekali hambatan di sini, mulai dari kebakaran ruang dosen pembimbing 1 saya, sehingga draf tesis bab 1 – 3 pun ikut terbakar. Kendala masalah biaya tesis yang lumayan besar dan juga biaya SPP di semester 4. Padahal saat itu saya hanya mendapat uang dari les privat dan les di bimbingan belajar sebagai tutor. Sejak memutuskan keluar dari sekolah dasar swasta, otomatis saya tidak punya penghasilan tetap. Seperti dijelaskan bahwa dalam kondisi kritis molekul dalam diri kita akan menjadi teratur. Hal ini apabila dilakukan dengan penuh semangat dalam melangkah (alias ngotot), maka semesta akan ikut tertarik dan menjadi teratur. Di sini dikatakan semesta mendukung usaha yang dilaksanakan. Kendala masalah biaya ternyata bisa teratasi, tiga perempat dari uang SPP diperoleh dari hasil les privat, dan kekurangannya ditutupi oleh sahabat dekat tanpa ada paksaan. Amazing!
Tesis sudah di ACC bab 1-3 di bulan maret, tiba saatnya membuat perangkat pembelajaran. Hal ini agak lama. Karena dosen pembimbing 1 saya adalah pakar pembuatan perangkat di kampus tersebut. Sangat teliti dalam usia beliau yang sudah 75 tahun. Di sini mimpi saya untuk bekerja di kampus impian mulai sedikit luntur. Hampir putus asa. Benar-benar membutuhkan kesabaran tingkat tinggi untuk mengerjakan semua, apalagi di bulan itu saya “diusir disuruh pindah” di tempat tinggal saya yang lama. Ah, benar-benar situasi yang rumit. Tetapi dalam konsep mestakung, kita tidak boleh berbicara “itu sulit dilakukan”. Be Sure saja! Yang saya lakukan ketika motivasi mulai turun adalah membayangkan bahwa saya menjadi pengajar di sana. Bertemu dengan idola saya dan bisa belajar pada para pakar selain aktivitas mengajar. Mencoba mengingat mimpi kembali. Akhirnya semangat untuk mengerjakan tesis tumbuh lagi. Dan, alhamdulillah perangkat pembelajaran saya di ACC. Di sini, sepertinya semesta mendukung saya. Dosen pembimbing saya sangat mudah ditemui. Bandingkan dengan teman-teman yang mengeluh kesulitan bertemu dengan pembimbingny dengan alasan ke luar kota. Tibalah saatnya melakukan penelitian di sekolah.
Mestakung terjadi lagi. Pihak sekolah tanpa paksaan ikut membantu dan mendukung saya. Guru fisika di sana sangat welcome pada saya untuk melakukan penelitian di kelas yang diampunya. Petugas TU juga sangat membantu sekali dalam urusan surat-surat. Begitu juga dengan menggandaan alat-alat praktikum, saya dibantu seseorang dan lagi-lagi tanpa paksaan. Untuk merekam semua aktivitas di kelas, ada TU yang meminjamkan kameranya, dan lagi tanpa dipaksa. Semesta kian mendukung. Dalam waktu 1,5 bulan, data penelitian sudah didapatkan. Waktu nya di analisis dan segera ujian komprehensif.
ACC dosen pembimbing untuk segera ujian komprehensif pun tidak banyak kendala. Dalam 1-2 minggu bisa didapatkan ACC. Hasil dari ujian komprehensif memang banyak sekali masukan dari 5 dewan penguji. Ada banyak revisi di bab 1, 2, dan 3. Untuk perangkat pembelajaran tidak ada karena sudah bisa ditebak bahwa saya dibimbing oleh pakar perangkat pembelajar di kampus itu. Segera diselesaikan revisi nya karena ini sudah bulan Juni. Setelah lebaran harus sudah bisa lulus dan mengajar di tangerang.
Selang 1 bulan, semua revisi dan tanda tangan ke 5 dewan penguji bisa di dapat. Saatnya meminta ACC lagi untuk ujian tesis. Ah ini sangat mendebarkan karena sudah memasuki bulan puasa (Juli). Kali ini hambatan ada lagi. Ada dosen penguji yang keluar kota, sedangkan saat itu saya harus segera ujian sebelum lebaran, karena kalau habis lebara, tidak akan tercapai target sesuai yang disepakti dengan pihak kampus di tangerang. Mestakung terjadi lagi. Ketua jurusan sains tanpa ada paksaan mengubah dewan penguji saya. Sama-sama bergelar profesor pendidikan tetapi kali ini lulusan Amerika. It’s Ok. Maju terus!
Akhirnya saya ujian tesis tanggal 9 Agustus, sekitar 10 hari sebelum lebaran. Hampir tiap malam begadang untuk melakukan revisi. Tubuh ini terasa capek, tetapi molekul dalam tubuh mengatur dirinya sedemikian rupa sehingga semangat dalam merevisi dari hasil ujian tesis. Besok paginya mencari dewan penguji untuk menyerahkan hasil revisi dan kalau benar bisa langsung mendapat tanda-tangan. Terdapat kendala karena salah satu dewan penguji lulusan amerika lagi mudik. Saya memberanikan diri untuk telp/sms beliau untuk menanyakan kedatangan, dan beliau pun membalas sms saya. Setelah tiba di surabaya di hari ahad, saya langsung ke rumah beliau. Ah..saya belum tahu rumah beliau. Tidak disangka ada kakak kelas yang berbaik hati mengantarkan saya ke rumah beliau, ini tanpa dipaksa lho…Akhirnya, semua tanda tangan dewan penguji sudah terkumpul. Saatnya tahap penjilidan. Tesis dinyatakan selesai dan tinggal menunggu wisuda.
Tanggal 31 agustus saya berangkat ke tangerang dan 3 September saya menginjikkan kaki kedua kalinya di kampusnya pencetus mestakung.
Dari sini saya sadar, memang dalam memimpikan sesuatu harus ada pengorbanan yang dibayarkan. Pengorbanan fisik, mental dan uang adalah bentuknya. Beranilah bermimpi, karena bermimpi itu mengasyikkan, jangan berlama-lama dalam bermimpi, bangun dan melangkahlah. walau itu hanya satu langkah, asal tidak berhenti. Bukankah gunung itu disusun dari batu-batu kecil?
Ini kisah saya setelah membaca buku Mestakung karya Prof Yohanes Surya, Ph.D. Semoga bisa menjadi pelajaran bagi pembaca. Bahwa jika kita bersungguh-sungguh, kita akan mendapatkannya dan semesta pun ikut mendukungnya.
“And, when you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it.”
The Alchemist, Pablo Coelho 1988.
Tangerang, 27 April 2013.
Agus Rohman